Malam Ini Fani Begitu Misteri
Malam
ini Fani begitu misteri; “Dan kini, ingin aku mengakhiri ketegangan semua ini,
mengalah saja pada yang terhormat.” Begitu ia megawali. Kemudian ia kembali: “Dari
awal hingga kini, memang itu menjadi misteri; penontonnya saja dibuat
kebingungan oleh alur maju mundur. Aku rasa akan tetap baik-baik saja. Tetapi
sepertinya peran antagonis akan terus melawan peran protagonis. Titik.” Aku dibuatnya merinding, serasa ada semangat Kartini
yang hidup disini.
Di
alam demokrasi raya seperti sekarang, perbedaan pendapat yang menimbulkan ketegangan
menjadi wajar. Apalagi bebas berpendapat
telah terlanjur dijamin oleh undang-undang. Dalam panggung
sandiwara; dimanapun pasti ada yang mulia dan ada yang jahat, ada antagonis ada
yang protagonis. Semua diciptakan dengan peran akting masing-masing. Ada yang licik
seperti Sengkuni, ada juga yang bijaksana seperti Kresna. Kemuliaan akan diuji
oleh kejahatan.
Jadi
terlintas Pramoedya: “Kita telah melawan Nak, dengan sebaik-baiknya, dengan
sehormat-hormatnya.” Sungguh betapa romantisnya dunia jika pada akhirnya kita ingat
pepatah Jawa: Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti; segala sifat keras
hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut
hati dan sabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar